26-06-2025, 10:55 PM
0
Pernah nggak, kamu ditanya HRD, “Why did you resign from your previous job?” lalu bingung jawab apa?
Pertanyaan ini sering buat kandidat nervous karena takut jawabannya buat minus poin.
Coba kita utak-utik cara jawab pertanyaan ini supaya terlihat profesional, jujur, dan align sama tujuan kariermu.
HRD tanya “Kenapa resign?” bukan buat nyinyir (meski ada), tapi untuk paham:
a. apa yang bikin kamu ninggalin pekerjaan lama?
b. apakah kamu tipe yang suka complain atau fokus ke solusi?
c. apakah alasan resign kamu match sama budaya atau goal mereka?
Jadi, jawabanmu harus nunjukin bahwa kamu punya alasan logis, profesional, dan siap kasih value di posisi baru.
Rule number one -> jangan pernah badmouth perusahaan, bos, atau tim lama, meski mereka bikin kamu pengen resign secepatnya. Negativity is a red flag buat HRD. Instead, fokus ke alasan yang positif dan profesional. Pro tip dari kami, pakai kata-kata seperti “peluang”, “growth”, atau “align” untuk nunjukkin kamu forward-thinking, bukan cuma lari dari masalah.
Rumus 'reason + future goal’ formula' -> struktur jawabanmu harus jelas ya: sebut alasan resign lalu sambungkan ke tujuan kariermu di posisi baru. This shows you’re strategic, not random.
Cara buatnya:
a. alasan resign -> secara singkat kenapa kamu keluar, fokus ke hal profesional.
b. tujuan karier -> hubungkan ke posisi yang kamu lamar, biar HRD lihat kamu punya visi.
Contoh:
“Saya resign karena ingin mengembangkan skill di bidang data analysis, yang kurang tersedia di peran sebelumnya. Makanya, saya excited apply posisi ini, karena saya bisa contribute lewat pengalaman dan belajar lebih dalam soal data-driven decisions.”
Be honest, but diplomatic -> jujur itu penting, tapi nggak berarti kamu harus spill semua drama kantor lama. Kalau alasan resign sensitif (misalnya, toxic workplace atau gaji kecil), ubah jadi versi diplomatis.
Contoh alasan sensitif dan cara jawab:
a. gaji kurang -> jangan bilang “Gaji saya kecil banget.” Coba: “Saya mencari peluang yang lebih kompetitif dari sisi kompensasi, sekaligus yang match dengan skill saya.”
b. toxic culture -> hindari “Kantor lama toxic!” Ganti: “Saya ingin bekerja di lingkungan yang lebih kolaboratif, seperti budaya perusahaan ini.”
c. no growth -> “Peluang untuk berkembang di peran sebelumnya sudah terbatas, jadi saya cari posisi yang kasih lebih banyak challenge, seperti di sini.”
Tailor to the role -> jawabanmu harus relevan sama posisi yang dilamar. Beri tahu HRD bahwa resign dari pekerjaan lama adalah langkah strategis menuju role ini. Why it works? HRD suka kandidat yang punya alasan jelas kenapa apply di posisi mereka, bukan cuma “butuh kerja”.
Keep it short and confident
-> jangan jawab terlalu panjang, apalagi curhat. Aim for 2–3 kalimat yang to the point, delivered dengan tone confident. Practice supaya nggak nervous saat interview. Pro tipnya, ltihan ngomong di depan cermin atau sama temen biar tone kamu natural, nggak kayak hapalan.
Anticipate follow-up questions -> kadang HRD tanya lanjutan, semacam “Apa yang bikin kamu nggak happy di pekerjaan lama?” atau “How’s the transition?” Siap-siap jawaban yang tetap positif ya.
Contoh:
Kalau ditanya “Apa yang kurang di pekerjaan lama?”: “Peran sebelumnya solid, tapi saya merasa peluang untuk explore strategic projects terbatas, oleh sebab itu saya mencari role seperti posisi ini.”
Kalau ditanya “How’s the transition?”: “It’s been a great chance to reflect on my goals. I’m ready to bring my skills to this team!”
Avoid common mistakes -> hindari jebakan yang buat HRD ragu sama kamu. Jawaban semacam “Ya, pokoknya nggak betah”, nantinya buat HRD curiga. Beri alasan spesifik, tapi positif. Oh ya, jangan fokus ke gaji ya, meski gaji jadi alasan, frame sebagai “mencari peluang kompetitif” dan sambungkan ke skill atau goal.
Ada trik khusus dari kamu supaya jawab pertanyaann di atas bisa lancar & aman? Coba cerita juga, kami pengin tahu!
By Magne Career on X
Pertanyaan ini sering buat kandidat nervous karena takut jawabannya buat minus poin.
Coba kita utak-utik cara jawab pertanyaan ini supaya terlihat profesional, jujur, dan align sama tujuan kariermu.
HRD tanya “Kenapa resign?” bukan buat nyinyir (meski ada), tapi untuk paham:
a. apa yang bikin kamu ninggalin pekerjaan lama?
b. apakah kamu tipe yang suka complain atau fokus ke solusi?
c. apakah alasan resign kamu match sama budaya atau goal mereka?
Jadi, jawabanmu harus nunjukin bahwa kamu punya alasan logis, profesional, dan siap kasih value di posisi baru.
Rule number one -> jangan pernah badmouth perusahaan, bos, atau tim lama, meski mereka bikin kamu pengen resign secepatnya. Negativity is a red flag buat HRD. Instead, fokus ke alasan yang positif dan profesional. Pro tip dari kami, pakai kata-kata seperti “peluang”, “growth”, atau “align” untuk nunjukkin kamu forward-thinking, bukan cuma lari dari masalah.
Rumus 'reason + future goal’ formula' -> struktur jawabanmu harus jelas ya: sebut alasan resign lalu sambungkan ke tujuan kariermu di posisi baru. This shows you’re strategic, not random.Cara buatnya:
a. alasan resign -> secara singkat kenapa kamu keluar, fokus ke hal profesional.
b. tujuan karier -> hubungkan ke posisi yang kamu lamar, biar HRD lihat kamu punya visi.
Contoh:
“Saya resign karena ingin mengembangkan skill di bidang data analysis, yang kurang tersedia di peran sebelumnya. Makanya, saya excited apply posisi ini, karena saya bisa contribute lewat pengalaman dan belajar lebih dalam soal data-driven decisions.”
Be honest, but diplomatic -> jujur itu penting, tapi nggak berarti kamu harus spill semua drama kantor lama. Kalau alasan resign sensitif (misalnya, toxic workplace atau gaji kecil), ubah jadi versi diplomatis.Contoh alasan sensitif dan cara jawab:
a. gaji kurang -> jangan bilang “Gaji saya kecil banget.” Coba: “Saya mencari peluang yang lebih kompetitif dari sisi kompensasi, sekaligus yang match dengan skill saya.”
b. toxic culture -> hindari “Kantor lama toxic!” Ganti: “Saya ingin bekerja di lingkungan yang lebih kolaboratif, seperti budaya perusahaan ini.”
c. no growth -> “Peluang untuk berkembang di peran sebelumnya sudah terbatas, jadi saya cari posisi yang kasih lebih banyak challenge, seperti di sini.”
Tailor to the role -> jawabanmu harus relevan sama posisi yang dilamar. Beri tahu HRD bahwa resign dari pekerjaan lama adalah langkah strategis menuju role ini. Why it works? HRD suka kandidat yang punya alasan jelas kenapa apply di posisi mereka, bukan cuma “butuh kerja”.
Keep it short and confident-> jangan jawab terlalu panjang, apalagi curhat. Aim for 2–3 kalimat yang to the point, delivered dengan tone confident. Practice supaya nggak nervous saat interview. Pro tipnya, ltihan ngomong di depan cermin atau sama temen biar tone kamu natural, nggak kayak hapalan.
Anticipate follow-up questions -> kadang HRD tanya lanjutan, semacam “Apa yang bikin kamu nggak happy di pekerjaan lama?” atau “How’s the transition?” Siap-siap jawaban yang tetap positif ya.Contoh:
Kalau ditanya “Apa yang kurang di pekerjaan lama?”: “Peran sebelumnya solid, tapi saya merasa peluang untuk explore strategic projects terbatas, oleh sebab itu saya mencari role seperti posisi ini.”
Kalau ditanya “How’s the transition?”: “It’s been a great chance to reflect on my goals. I’m ready to bring my skills to this team!”
Avoid common mistakes -> hindari jebakan yang buat HRD ragu sama kamu. Jawaban semacam “Ya, pokoknya nggak betah”, nantinya buat HRD curiga. Beri alasan spesifik, tapi positif. Oh ya, jangan fokus ke gaji ya, meski gaji jadi alasan, frame sebagai “mencari peluang kompetitif” dan sambungkan ke skill atau goal.Ada trik khusus dari kamu supaya jawab pertanyaann di atas bisa lancar & aman? Coba cerita juga, kami pengin tahu!
By Magne Career on X
Facebook
X (Twitter)
Pinterest
LinkedIn